Jalan-Jalan Melihat Proses Pembuatan Batik Lasem
REMBANG – Batik bukan hanya untuk memperindah penampilan seseorang. Namun, lebih dari itu batik menyimpan filosofi di tiap motifnya.
Batik Lasem dari Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang, Jawa Tengah misalnya, dari tiap motif yang tertuang di lembar kain merupakan hasil akulturasi budaya Tiongkok-Jawa. Tak heran jika melihat motif akan terlihat corak Jawa dan Tiongkok. Menariknya lagi, batik Lasem dibuat dengan cara tradisional.
Hal ini, karena dulunya para pengusaha batik Lasem adalah keturunan Tiongkok, dan dikonsumsi pula oleh kalangan itu sendiri. Namun, perkembangannya sekarang batik Lasem masih terus berkembang seiring dengan munculnya berbagai motif seperti motif latohan, Sekar Jagad Tiga Negeri, dan Gunung Ringgit.
“Kalau Gunung Ringgit itu artinya uangnya banyak seperti gunung. Sehingga yang memakai batik ini diharapkan punya rezeki banyak. Ada juga latohan itu tumbuhan di laut, dan Sekar Jagad Tiga Negeri ada yang bilang itu berarti perdamaian." Batik Lasem, jelasnya, berbeda dengan batik dari daerah lain. Sebab, warna dominan merah seperti budaya Tiongkok. Proses pembuatannya pun rumit.
Istilah - istilah yang digunakan dalam proses pembuatan batik yaitu :
1. Pengloyoran adalah pencucian bahan kain dengan tujuan untuk mendapatkan daya serap warna yang lebih baik sehingga warna dapat lebih tajam. Selain itu pengloyoran juga bertujuan untuk melembutkan kain serta menjaga kondisi benang dalam keadaan baik.
2. Nyorek / mola, proses ini adalah menggambar motif dasar dan pola batik tulis diatas kain dengan menggunakan pensil ataupun arang kayu sebagai dasar untuk membuat pola batik tulis.
3. Nyanthing, proses ini menggunakan lilin panas dengan menggunakan canting untuk membuat outline (nglowong) dan diakhiri dengan pembuatan detil motif batik tulis (isen-isen).
4. Medel, proses pembuatan batik tulis ini adalah mencelupkan kain batik tulis yang sudah dipola dengan lilin (malam) ke delam cairan pewarna pertama. Proses pembuatan batik tulis pada tahap pencelupan akan dilakukan beberapa kali hingga mendapatkan warna yang diinginkan.
5. Ngerok /Mbirah, proses ini bertujuan untuk melepaskan lilin (malam) dari kain batik tulis dengan menggunakan alat bantu yang terbuat dari logam, kemudian kain batik tulis dibilas dengan air dan dijemur.
6. Mbironi, pada proses ini bertujuan untuk menutupi detil-detil corak batik tulis dengan lilin panas menggunakan canting. Proses ini juga bertujuan untuk melengkapi motif-motif batik tulis yang belum diwarnai atau disebut dengan proses Ngrining.
7. Nyoga, proses ini pada dasarnya sama seperti proses medel pada tahap sebelumnya, namun pada proses ini dilakukan untuk menambahkan warna-warna lain pada kain batik tulis yang sudah diberi warna sebelumnya.
8. Nglorot, pada proses ini bertujuan untuk menghilangkan lilin dari kain dengan cara merebus kain didalam air mendidih. Setelah itu kain batik tulis akan dibilas dengan air bersih untuk membersihkan keseluruhan kain batik tulis.
9. Penjemuran, proses terakhir dari pembuatan batik tulis adalah penjemuran kain batik tulis. Proses ini bertujuan untuk mengeringkan kain batik tulis yang sudah selesai dibuat sehingga dapat dipakai.
“Butuh waktu minimal satu bulan untuk jadi sebuah kain batik." Saat ini di Lasem ada 30 lebih rumah produksi batik. Untuk penjualannya sudah terwadahi di Oemah Batik Tiga Negeri di Jalan Karangturi.
Agustina, seorang karyawan Oemah Batik Tiga Negeri menyampaikan, Oemah Batik ini didirikan sebagai showroom batik bagi para pengrajin batik lasem.
“Khusus Oemah Batik Tiga Negeri ini berdiri sejak 2018, untuk showroom batik Lasem. Jadi, batik yang di sini berasal dari 30 lebih rumah produksi batik Lasem di sini,” dijual. Tingkat tertinggi jenis batik adalah batik tulis karena prosesnya paling rumit, halus dan paling lama pengerjaannya. Jadi wajar jika selembar kain batik tulis asli bisa dijual dengan nilai yang cukup merogoh kantong.
Penulis : M. FADHIL ARROYAN / 17 / X IPS 1.