SEJARAH BATIK TULIS LASEM
Kota Lasem orang poen sering seboet Kota Batik,
kerna Batikindustrie di sana ada besar sekali dan penting.
Bagimana besar dan pentingnja itoe batikindustrie jang berada seanteronja dalem tangannja fihak Tionghoa di Lasem, itoelah orang bisa bajangken sendiri. Ampir sasoeatoe anak Tionghoa dari Lasem kaloe di tanja oleh orang tentang pakerdjahan apa jang orang toeanja diroemah ada lakoeken, selaloe kasi penjaoetan: “Peroesahan batik!”
Kengpo, 25 November 1934
kerna Batikindustrie di sana ada besar sekali dan penting.
Bagimana besar dan pentingnja itoe batikindustrie jang berada seanteronja dalem tangannja fihak Tionghoa di Lasem, itoelah orang bisa bajangken sendiri. Ampir sasoeatoe anak Tionghoa dari Lasem kaloe di tanja oleh orang tentang pakerdjahan apa jang orang toeanja diroemah ada lakoeken, selaloe kasi penjaoetan: “Peroesahan batik!”
Kengpo, 25 November 1934
Lasem sebuah kota kecamatan di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah dikenal sebagai Kota Batik yaitu Batik Lasem atau Batik Laseman yang terkenal karena cirinya sebagai batik pesisir yang indah dengan pewarnaan yang berani, yakni warna khas warna merah darah ayam, hijau botol dan warna biru tua.
Nama Lasem yang tercatat dalam kronik Nusantara dan Tionghoa selama beberapa abad, membuktikan bahwa Lasem menjadi tujuan dan tempat favorit para perantau asal Tionghoa. Sejak abad ke 14, orang-orang Tionghoa berlayar dengan jung-jung menuju Nusantara dengan aneka misi—ekspedisi, mencari penghidupan yang lebih baik, melarikan diri dari bencana alam dan kisruh politik, berdagang dan lainnya.
Batik Lasem juga dikenal dengan sebutan Batik Tiga Negeri, karena proses pewarnaan melalui tiga kali proses, kekhasan lain Batik Lasem terletak pada coraknya yang merupakan gabungan pengaruh budaya Tionghoa, budaya lokal masyarakat pesisir utara Jawa Tengah serta budaya Keraton Solo dan Yogyakarta.
Sejarah Batik Lasem ditenggarai berkaitan dengan sejarah kedatangan Laksamana Cheng Ho di Jawa pada 1413. Dalam catatan di Babad Lasem (1479 M) menyebutkan, anak buah kapal Dhang Puhawang Tzeng Ho dari Negara Tiong Hwa, Bi Nang Un dan Na Li Ni memilih menetap di kawasan Bonang dan mulai membatik.
Secara umum Batik Lasem hanya memiliki dua motif utama yaitu motif Tionghoa dan non Tionghoa. Motif Tionghoa seperti motif Burung Hong (Lok Can), Naga, Kilin, Ayam Hutan dan sebagainya. Sedang non Tionghoa, bermotif Sekar Jagad, Kendoro Kendiri, Grinsing, Kricak/ Watu Pecah, Pasiran dan lainnya.
“Watu Kricak itu ceritanya ya motif pecahan-pecahan batu masa pembuatan Jalan Raya Pos zaman Daendels itu, sejarahnya kental ya. Belum lagi motif lainnya khas Babagan, seperti kawung Mbagan, kawung suketan, latohan, dan motif Tionghoa. Tapi kalau ditanya apa makna-maknanya saya kurang paham,” ujar pembatik muda Rudy Siswanto penerus Rumah Batik Kidang Mas, Babagan Lasem.
Menulusuri makna dan narasi motif batik Lasem tak semudah yang dibayangkan. Tim peneliti dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia pun mencoba untuk membuat invetaris motif batik dari 11 Rumah Batik di sekitar kawasan Kota Tua Lasem melalui skema Pengabdian pada Masyarakat. Tim yang dimotori oleh Dr. Sonya Suganda dan Dr. Lilawati Kurnia tersebut sampai pada rekapitulasi sementara bahwa motif tunggal batik Lasem berjumlah 50 buah dan motif tunggal akulturasi Tionghoa berjumlah 64 motif, totalnya terdapat 114 motif tunggal.
“Jumlahnya bisa terus bertambah jika kita mengumpulkan nama-nama motif dari ke 120 rumah batik. Dari sini, kami berharap, generasi muda di Rembang Lasem dapat mengetahui kisah dan makna motif batik. Sehingga perasaan ‘hanya menggambar’ saja akan berkurang. Tak kenal maka tak sayang,” ujar Sonya.
Di tengah kegairahan meningkatnya kegemilangan batik tulis Lasem, rupanya masih terdapat sejumlah kekhawatiran seperti masalah regenerasi, kesejahteraan pembatik, pemasaran dan lainnya. Berita baiknya, saat ini sudah ada 21 jenis motif batik Lasem yang telah terdaftar di HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual). Hal ini memungkinkan hasil karya cipta para pengusaha batik mendapat jaminan perlindungan hukum dari penjiplakan atau pembajakan motif.
Batik Lasem adalah hasil proses akulturasi masyarakat Tionghoa dengan pribumi, sehingga menghasilkan produk kerajinan batik yang unik dan diminati banyak masyarakat. Saat ini ada ratusan perajin batik tulis dengan 12 ribu orang lebih pembatik yang tercatat atau tergabung dalam koperasi batik dan perkembangannya kerajinan batik menjadi mata pencaharian masyarakat Lasem hingga kini.
Penulis : M. FADHIL ARROYAN / 17 / X IPS 1.